Jakarta - Pada pemilu 2014 nanti hanya ada 10 parpol
yang akan berlaga. Seperti apa kekuatan politik parpol di Pemilu 2014
mendatang? Berikut prediksinya.
Peta kekuatan parpol di Pemilu
2014 diprediksi tak jauh berbeda dengan hasil Pemilu 2009 lalu. Peta
politik tak banyak berubah kecuali prediksi turunnya suara PD dan
kemunculan Partai Nasional Demokrat (NasDem) sebagai kuda hitam di
Pemilu 2014.
"Partai tengah seperti PKS, PKB, dan PAN, saya
anggap stagnan. Tetapi yang akan kedodoran adalah PD. PD di sejumlah
survei terakhir memang turun," kata pengamat politik UIN Jakarta, Gun
Gun Heryanto.
Hal ini disampaikan Gun saat berdiskusi dengan detikcom melalui telepon, Rabu (9/1/2013).
Dari
ideologi partai, PD menempatkan diri sebagai partai tengah dengan
ideologi nasionalisme-religius. Mayoritas parpol di Indonesia memang
saat ini memilih ideologi tengah. Kalau diserderhanakan, pertarungan
partai di Pemilu 2014 nyaris hanya berada di partai tengah.
"Battle
ground itu kan berada di tengah. Di tengah itu giant party ada 3 yaitu
PDIP, Golkar, PD. Saya melihat lonjakan suara PD sampai 21 persen di
Pemilu 2009 lalu itu akan tergerus," nilai Gun.
Sebagian pemilih
PD di Pemilu 2009 diprediksi akan kembali cair. Ruang ini akan
dimanfaatkan partai lain untuk meneguk suara. Partai NasDem yang masuk
sebagai partai alternatif diprediksi akan mengambil ceruk suara ini,
Partai Gerindra dan Hanura diprediksi tak akan terlalu banyak bicara.
"Itu
potensinya bisa diambil partai yang masih baru dan dinilai memberikan
harapan karena dia belum terbebani dosa politik. Itu bisa dikapitalisasi
oleh Partai NasDem, dia bisa mengambil ceruk ini. Partai NasDem dengan
publisitas yang luar biasa bisa penetratif ke basis pemilih PD. Mungkin
lebih penetratif," katanya.
Sementara posisi Partai Golkar
diprediksi akan stagnan dan ada kemungkinan turun. PDIP justru
berpotensi meneguk kemenangan di Pemilu 2014. "Posisi Partai Golkar akan
stagnan tapi posisi PDIP merangkak naik. Golkar sejak pencalonan Ical
menjadi capres dan terus melakukan treatment politik ke Ical, maka Ical
akan dianggap menjadi bagian Golkar. Padahal sejak awal elektabilitas
Golkar naik namun tak dibarengi elektabilitas Ical," katanya.
"Sementara
PDIP mendapat keuntungan karena konsisten berada di luar kekuasaan maka
kecenderungannya akan naik. Ada sosok populis yang akan mengangkat
PDIP, seperti Jokowi, kemudian Rustriningsih di Jawa Tengah. Saya kira
PDIP akan naik, apalagi kalau Mega mau menjadi king maker dan
menyerahkan capres ke tokoh alternatif lain misalnya Jusuf Kalla (JK)
dan Mahfud MD yang sekarang banyak disebut di kandang banteng,"
tandasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar