MUSIM hujan, tak lepas
dari penyakit menular salah satunya, yakni Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pengamat epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas
Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono mengungkapkan bahwa cara yang
paling ampuh mencegah DBD dengan penggunaan insektisida.
Menurutnya, penggunaan insektisida paling efektif menurunkan DBD di Indonesia mengingat faktor kendala pendidikan dan kepadatan penduduk di Indonesia. Sebab, kata dia, penggunaan insektisida rutin dilakukan ketimbang penggunaan fogging dan larvasida.
"Namun memang ada kekurangannya, yakni insektisida sekarang harganya mahal banget. Di Indonesia, hanya 40 persen wilayah yang di-fogging, lafasida 30 persen. Fogging massal, tapi tak rutin. Insektisida juga ada resistensi, meskipun toxic yang digunakan dosis rendah," katanya kepada wartawan, baru - baru ini.
Dia menyebutkan, untuk mengatasi DBD, maka seringkali pemerintah menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun, lanjutnya, cara itu tak akan efektif di tengah kultur masyarakat yang dinamis dan individualis.
"PSN dulu bisa masyarakat masih gotong royong, tak individualis, namun di Depok sangat susah. Jakarta saja Jumat Bersih belum berhasil. Semua pendekatan dilakukan," ungkapnya.
Berdasarkan penelitiannya, jumlah penderita DBD pada 2005, yakni 19 ribu. Namun meningkat pada 2010, kasusnya mencapai 36 ribu-37 ribu jiwa.
"Pada 2011 masih tinggi. Jakarta, Bali sekarang provinsi terbanyak. Karena ada penampungan air di sana. Pura, gerabah, kembang," tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar