YOGYAKARTA, -- Puncak curah hujan yang
terjadi pada bulan Januari-Februari di Daerah Istimewa Yogyakarta,
menuntut seluruh warga harus ekstra-waspada. Menyikapi potensi rawan
bencana akibat cuaca ekstrem, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY
(BPBD) mendirikan posko siaga bencana cuaca ekstrim.
Berdasarkan
mitigasi kerawanan yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Sleman, Kota
Yogya, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo memempunyai potensi kerawanan
yang berbeda.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD DIY,
Prasetyo Budi Laksono mengatakan, potensi banjir lahar dingin pasca
erupsi Gunung Merapi 2010 masih bisa terjadi. Dampaknya tidak hanya di
Kabupaten Sleman, namun juga Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul di
sisi selatan.
"Kabupaten Kulonprogo berpotensi tanah longsor
mengingat karakter tanah di perbukitan Menoreh yang labil. Begitu juga
dengan Kabupaten Gunungkidul yang pada bulan Januari dilanda tanah
longsor dan tiga kali angin ribut," terangnya, Kamis (17/1/2013).
Prasetyo
menambahkan, Kabupaten Bantul pun tak luput dari potensi bencana.
Beberapa bulan ini saja, angin ribut sering melanda di daerah Bantul,
bahkan nyaris menelan korban jiwa.
"Menyikapi kerawanan akibat
cuaca ekstrem ini, akhirnya BPBD membuat posko induk yang bertempat di
kantor Kecamatan Depok,Sleman Yogyakarta. Selain membuka posko kami juga
membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang anggotanya terdiri dari
perwakilan-perwakilan relawan terpilih," ungkapnya.
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah DIY akan mendirikan posko mulai 18 Januari
2013 sampai selesai ditetapkannya status siaga darurat cuaca ekstrem
selama 60 hari.
"Kami mengimbau agar warga di wilayah DIY lebih
meningkatkan kewaspadaannya, mengingat cuaca ekstrem masih terjadi
sampai akhir Januari," pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar