LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diabetes Mellitus
a.
Diabetes
Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
b.
Diabetes
Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
c.
Diabetes
Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
d.
Diabetes
Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan
prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).
2. Anatomi
Fisiologi Pankreas
Pankreas
adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah
umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh
kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga
bahagian yaitu :
a.
Kepala
pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b.
Badan
pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan
vertebra lumbalis pertama.
c.
Ekor
pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.
Pankreas terdiri dari dua
jaringan utama yaitu :
a.
Acini
yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b.
Pulau
langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin
dan glukagon langsung ke darah.
Pulau
langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan
delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel
beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi
somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua,
maka disebut organ rangka, yaitu :
a.
Fungsi
eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas
berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
1.)
Amylase
; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan
polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2.)
Tripsin
; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3.)
Lipase
; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol
gliserin.
b.
Fungsi
endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau
langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara
alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan
pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat
yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh
pancreas adalah insulin dan glukagon
1).
Insulin
Insulin
adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri
dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide.
Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan
penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah
adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan
yang tinggi yaitu :
a.)
Fungsi
hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya
setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di
absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.
b.)
Sebagai
sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.)
Pada
hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus
adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh
kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari
hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek
utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)
Menambah
kecepatan metabolisme glukosa
b.)
Mengurangi
konsentrasi gula darah
c.)
Menambah
penyimpanan glukosa ke jaringan.
2).
Glukagon
Glukagon
adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang
terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon
merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai
asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah
:
a.)
Pemecahan
glikogen (glikogenolisis)
b.)
Peningkatan
glukosa (glukogenesis)
Pengatur
sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang
jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu
penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon
darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang
sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu
melindungi terhadap hypoglikemia.
3. Etiologi
Etiologi
dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus
adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda
dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut
banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1.
Dibetes
melitus tipe I
Diabetes
melitus tipe I ditandai oleh penghancuran
sel-sel beta pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
- Faktor genetik
Penderita
tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi
kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA
(Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentu
- Faktor imunologi
Pada
diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah pada
sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai
jeringan abnormal
- Faktor lingkungan
Penyelidikan
dilakukan
terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang dapat memicu
destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa
virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi
sel
beta
2.
Diabetas
Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II
masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu
yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
- Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
- Obesitas
- Riwayat keluarga
- Kelopok etnik tertentu
3.
Faktor
non genetik
a. Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang
sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
b. Nutrisi
a.)
Obesitas
dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)
Malnutrisi
protein
c.)
Alkohol,
dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka
bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison
dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma
karena kadar katekolamin meningkat
4. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari
WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.
Diabetes
Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu
dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan
hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena
keturunan.
b.
Diabetes
Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu
dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)
Non
obesitas
2.)
Obesitas
Disebabkan
karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya
resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi
pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.
Diabetes
Mellitus type lain
1.)
Diabetes
oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
2.)
Obat-obat
yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)
Diabetes
Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
5. Patofisiologi
Sebagian
besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa
oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3)
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi
selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus.
Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat
kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke
dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap,
maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis
pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar
asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat
meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
6. Gambaran
Klinik
Gejala yang lazim terjadi,
pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.
Poliuri
(banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa
darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b.
Polidipsi
(banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan
kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita
lebih banyak minum.
c.
Polipagi
(banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke
sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d.
Berat
badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan
glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e.
Mata
kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi
(glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.
Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan
klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah
timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang
dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor
aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik
oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam
membantu klien mengatasi kondisi ini.
8. Komplikasi
a.
Akut
1.)
Hypoglikemia
2.)
Ketoasidosis
3.)
Diabetik
b.
Kronik
1.)
Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak.
2.)
Mikroangiopati
mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)
Neuropati
diabetic.
9. Test Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985)
untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali
pemeriksaan:
1.
Glukosa plasma sewaktu >
200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.
Glukosa
plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
3.
Glukosa
plasma dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp)
>200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Bukan DM
|
Belum Pasti DM
|
DM
|
|
Kadar GD Sewaktu:
I.
Plasma
vena
II. Darah kapiler
Kadar GD Puasa:
III. Plasma vena
IV. Darah kapiler
|
<110
<
90
<110
<
90
|
110
–199
90
– 199
110
–125
90
– 109
|
>
200
>
200
>
226
>
110
|
10. Penatalaksanaan Medik
1.
Perencanaan
makan
Standar yang dianjurkan adalah makan
dengan komposisi seimbangan dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
a.
KH 60 –70 %
b.
Protein 10 –15 %
c.
Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah
kelori uantuk pasien DM melalui
perhitungan mennurut Bocca: Berat badan
(BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg
1). BB
ideal x 30% untuk laki-laki
BB ideal x25% untuk Wanita
Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan
kegiatan sehari-hari:
Ø Ringan
: 100 – 200 Kkal/jam
Ø Sedang
: 200 – 250 Kkal/jam
Ø Berat : 400 – 900 Kkal/jam
2). Kebutuhhan basal dihituubbng
seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori basal:
Ø Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
Ø Kerja sedang
ditambah 20% dari kalori basal
Ø
Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
Ø
Pasien
kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyesui,
ditambah 20 –30-% dari kalori basal
3)
Suatu
pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
Ø Pasien
kurus : 2300 – 2500 Kkal
Ø Pasien
nermal : 1700 – 2100 Kkal
Ø Pasien
gemuk : 1300 – 1500 Kkal
2.
Latihan
jasmani
Dianjurkan
latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang lrbih 30 menit
yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian yang
dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan
mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal :
DNM = 220-umur (dalam tahun)
3.
Pengelolaan
farmakologi
a.
Obat hipoglikemik oral (OHO)
1)
Golongan
sulfonilures bekerja dengan cara:
-
Menstimulasi penglepasan
insulin yang tersimpan
-
Menurunkan ambang sekresi
insulin
-
Meningkatkna sekresi insulin
sebagai akibat rangsangan glukosa
2)
Biguanid
-
Menurunkan kadar glukosa
darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah
metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk
3)
Inhibitor
alfa glukosidase
-
Secara kompettitf menghambat
kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menrunkan
hiperglikemia pasca pransial
4)
Insulin
sensitizing agent
-
Thoazolidinediones adalah
golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas
insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah
akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
B. KONSEP KEPERAWATAN
Pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode
ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan
yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang
pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi
mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi :
biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal
yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a.
Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan,
susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.
Sirkulasi
Riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.
Eliminasi
Poliuri,nocturi,
nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.
Nutrisi
Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.
Neurosensori
Sakit
kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
f.
Nyeri
Pembengkakan
perut, meringis.
g.
Respirasi
Tachipnea,
kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit
rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya
peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering
terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien Diabetes Mellitus yaitu :
a.
Kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.
Perubahan status nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.
Resiko infeksi berhubungan
dengan hyperglikemia.
d.
Resiko tinggi terhadap
perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin
dan atau elektrolit.
e.
Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan
dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
g.
Kurang pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.
Rencana Keperawatan
a.
Kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan
:
Mendemonstrasikan
hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi
:
1.)
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)
Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)
Pantau masukan dan keluaran,
catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
4.)
Timbang berat badan setiap
hari.
Rasional : Memberikan
hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)
Berikan terapi cairan sesuai
indikasi.
Rasional : Tipe
dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual.
b.
Perubahan status nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan
:
-
Mencerna jumlah
kalori/nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi
biasanya
-
Berat badan stabil atau
bertambah.
Intervensi
:
1.)
Tentukan program diet dan
pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh
pasien.
Rasional : Mengidentifikasi
kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)
Timbang berat badan setiap
hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)
Identifikasi makanan yang
disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika
makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama
ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)
Libatkan keluarga pasien
pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan
rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
5.)
Berikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin
reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.
Resiko infeksi berhubungan
dengan hyperglikemia.
Tujuan
:
-
Mengidentifikasi intervensi
untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
-
Mendemonstrasikan teknik,
perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi
:
1).
Observasi tanda-tanda
infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien
mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).
Tingkatkan upaya untuk
pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah
timbulnya infeksi silang.
3).
Pertahankan teknik aseptik
pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4).
Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi
perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko
terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).
Lakukan perubahan posisi,
anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu
dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.
Resiko tingi terhadap
perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin
dan atau elektrolit.
Tujuan
:
-
Mempertahankan tingkat
kesadaran/orientasi.
-
Mengenali dan mengkompensasi
adanya kerusakan sensori.
Intervensi
:
1.)
Pantau tanda-tanda vital dan
status mental.
Rasional : Sebagai
dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)
Panggil pasien dengan nama,
orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan
kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)
Pelihara aktivitas rutin
pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional : Membantu
memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
orientasi pada lingkungannya.
4.)
Selidiki adanya keluhan
parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati
perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.
e.
Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan
:
-
Mengungkapkan peningkatan
tingkat energi.
-
Menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi
:
1.)
Diskusikan dengan pasien
kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan
dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2.)
Berikan aktivitas alternatif
dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
3.)
Pantau nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)
Tingkatkan partisipasi
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan
kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan
dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
Tujuan
:
-
Mengakui perasaan putus asa
-
Mengidentifikasi cara-cara
sehat untuk menghadapi perasaan.
-
Membantu dalam merencanakan
perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk
aktivitas perawatan diri.
Intervensi
:
1.)
Anjurkan pasien/keluarga
untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan
penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi
area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)
Tentukan tujuan/harapan dari
pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan
yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri
dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
3.)
Berikan dukungan pada pasien
untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)
Berikan dukungan pada pasien
untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
g.
Kurang pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan
:
-
Mengungkapkan pemahaman
tentang penyakit.
-
Mengidentifikasi hubungan
tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.
-
Dengan benar melakukan
prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
Intervensi
:
1.)
Ciptakan lingkungan saling
percaya
Rasional : Menanggapai
dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.
2.)
Diskusikan dengan klien
tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya
hidup.
3.)
Diskusikan tentang rencana
diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran
tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan
makan/mentaati program.
4.)
Diskusikan pentingnya untuk
melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu
untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah
kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan
pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara
integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan
data berjalan terus-menerus guna perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi
pelaksanaan rencana asuhan keperawatan, antara lain sumber-sumber yang ada,
pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan
keperawatan dilakukan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan
pasien (empat tindakan yang utama) :
a. Melaksanakan prosedur keperawatan
b. Melakukan observasi
c. Memberikan pendidikan kesehatan
(penyuluhan kesehatan).
d. Melaksanakan program pengobatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem
pendelegasian yang telah ditetapkan.
5.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah
:
a.
Apakah kebutuhan volume
cairan klien terpenuhi/adekuat ?
b.
Apakah nutrisi klien
terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?
c.
Apakah infeksi dapat dicegah
dengan mempertahankan kadar glukosa ?
d.
Apakah tidak terjadi perubahan
sensori perseptual ?
e.
Apakah kelelahan dapat
diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f.
Apakah klien dapat menerima
keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?
g.
Apakah klien dapat
mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?
0 komentar:
Posting Komentar