Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KREATIVITAS PEMUDA PARIS


SIANG itu, pemuda tanggung tersebut mengundang decak kagum banyak warga. Bagaimana tidak, pemuda tersebut secara akrobatik memainkan sepeda gunung, meloncat dari tepi dinding beton yang satu ke lainnya.

Adapun yang jelas, pemuda tersebut berhasil menampilkan performa tentang keseimbangan yang akurat. Pemandangan yang langka ini tampak di Place (bundaran) Trocadero, Paris.

Masih di tempat yang sama, seorang penari hip hop berparas Afrika seperti tidak mau kalah dengan pesepeda tersebut. Dia melakukan aksinya dengan tarian yang meliuk, terpotong-potong. Sorak-sorai pun membahana.

Pemandangan lain yang juga mengundang decak kagum sering muncul di trotoar-trotoar Kota Paris, Prancis. Masih dengan kemampuan individual, siang itu seorang pemain piano tampak sedang “ngamen” di Kawasan Saint Michel.

Pria separuh baya tersebut terampil memainkan jari tangannya di atas piano “kerempengnya”. Sementara, gerobak dorong yang dipakai untuk mengangkut piano tersebut diletakkan tidak jauh dari “panggung” trotoarnya.

Tepuk tangan dan decak kagum yang ditunjukkan para penonton di atas bukanlah basa-basi yang berangkat dari belas kasihan semata. Mereka memang kagum atas kemampuan teknis para “artis” jalanan Kota Paris tersebut.

Tentu saja waktu yang diluangkan para penonton di atas berangkat dari sikap toleransi, penghargaan atas kerja keras para pemain jalanan tersebut. Kalau toh ada rasa belas kasihan, lebih dipicu karena sikap penghargaan mereka atas perjuangan artis jalanan tersebut.

Bisa dibayangkan, seorang pemain piano di atas, harus, menenteng keluar masuk apartemen di mana mereka tinggal. Secara kreatif, mereka membongkar sebagian dinding kayu piano plus menciptakan “kereta” dorong untuk kemudahan transportasi alat musik yang tambun tersebut.

Masih terkait dengan seni. Puluhan pemain musik tulen yang lain lebih memilih lorong-lorong metro, bahkan tidak jarang yang langsung memilih “panggung” mereka di dalam gerbong kereta. Adapun yang menonjol, selain kemampuan musikal mereka, sering terlihat mereka menggunakan tanda pengenal yang dikalungkan di leher. Ternyata, mereka menggunakan tanda pengenal sebagai “tanda”resmi yang dikeluarkan RATP (pengelola MRT Megapolitan Paris).

“Sebelum mengamen, mereka diaudisi dulu oleh RATP,” ucap Nana, mahasiswa seni musik asal Indonesia. “Artinya, mereka mesti dilihat apakah memang benar-benar bisa bermain musik,” kata gadis yang sudah bermukim selama tujuh tahun di Kota Paris Negara Anggur ini.

Tampak jalinan antara kreativitas individu, sikap toleransi, dan kerja keras warga Paris semakin padu ketika dibingkai dalam wilayah hukum atau singkatnya law enforcement yang kokoh. Tidak salah akhirnya, nuansa kehidupan warga Paris memberi warna yang lebih pelangi. Dengan demikian, Paris pun bisa mendudukkan dirinya sebagai ikon wisata dunia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar